Bisa Begitu?

Aku sedang mengobrol dengan seorang teman lelaki di sudut sekolah (menengah atas) ketika teman perempuan kami lewat. Kami bertiga berteman sejak SLTP. Biarpun satu SMA, kami jarang sekali bertemu, hingga pertemuan yang kebetulan itu kami sempatkan mengobrol berapa jenak. Hanya ngorbrol biasa sampai teman laki-lakiku bilang, “Kamu dari dulu sampai SMA telatan terus,” tudingnya ke teman perempuan kami.


“Biarin,” jawabnya cuek.
“Kayak aku dong!” kata si lelaki, “sekarang udah gak telatan.”

Mereka berdua dulu sering telat bareng ketika SLTP. Dan harus ku akui bahwa si lelaki memang sudah tidak telatan lagi di SMA.

Tidak terima dihina, teman perempuan kami membela diri, “orang jenius memang begitu,” katanya dengan nada seolah kalimat itu sudah ia persiapkan bertahun-tahun, “selalu telatan!”

Teman lelakiku menatapku dengan muka menahan nafsu untuk menghina.

“ya mungkin memang begitu,” katanya.

Si perempuan nyaris menyemburatkan kemenanga di wajahnya sampai..

“Tapi kamu tipe orang telatan yang bodoh!” katanya diiringi gelak. Aku pun ikut tertawa.
Teman perempuan kami mengumpat lalu pergi. Barangkali dia berguman, “masa bisa gitu sih?”


Ah, kita memang hanya melihat apa yang kita suka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Orang-Orang Bandel

Pada 1998 , Bank Indonesia (BI) menafsir semboyan pendidikan nasional meski agak wagu. BI mengeluarkan uang edisi pendidikan bernominal...