Pagiiiii!!!!!

Ternyata aku terlalu menyempitkan diriku secara membabi buta. Hingga ku kira malam hanya kondisi di saat tidak ada matahari yang menyinari bumi, sejuk hanya urusan dingin yang menyentuh kulit, hingga yang paling ngawur, adzab adalah kondisi ketika kita lapar, tak punya uang, ditolak sana-sini, dlsb.
Aduh, sempitnya diriku sampai menghakimi orang-orang di sekitarku. Teman pernah bilang bahwa Tuhan lebih mencintai hamba-Nya yang kuat dibanding yang lemah. Ku sempitkan kata “kuat” tersebut hanya dalam dua kondisi, kuat fisik dan kuat materi. Hingga aku lupa yang lebih substansi.

Bahwa kuat fisik, jika hanya kekuatan fisiknya saja yang digunakan ya—agak—percuma. Tanpa memperdulikan kekuatan intelektual dan spiritualnya. Kuat materi atau finansial lebih rawan lagi, karena bisa jadi kekuatan tersebut disebabkan oleh kelemahan melawan keserakahan, ketemakan, dan ‘nafsu-nafusnya yang lain’—bukankah lebih baik nafsu mu seluas samudera tapi engkau mampu mengendalikannya, daripada setitik embun tapi kita selalu melampiaskannya?  

Hingga seorang keren yang ada disana pernah bilang—kurang lebih—begini, “Jika kamu melihat ramainya orang miskin di ‘Negara ber-Tuhan’, ketahuilah di sana ada si kaya yang merampok harta mereka.”

****

Aku lupa bahwa kekuatan juga ada pada mereka yang menahan eksistensi ke-aku-annya. Yang terlihat cuek ternyata sangat peduli, yang terlihat slengean ternyata alim luar biasa, yang menolong harus sembunyi-sembunyi dulu, dlsb. Aku pikir engkau bisa merasakan hal-hal demikian di sekitarmu dan pasti lebih variatif.

Tulisan ini dibuat dadakan di pagi hari, dan soal “pagi” di sini adalah pagi yang sempit. Karena pagi yang ku maksud hanyalah keadaan ketika matahari terbit.

Padahal pagi lebih dari itu, pagi adalah kondisi ketika kita bersemangat, ketika kita membuka harapan setelah penatnya kemarin, ketika kita menjadi pemancar harapan bagi orang lain, dlsb.

Maka engkau jangan salah sangka, karena di dalam diri kita tidak hanya ada jantung, paru-paru, tenggorokan, dkk. Karena jika engkau berpikir demikian maka sempitlah diri mu. 
Di dalam diri kita ada semesta raya, ada galaksi, gugus bintang, lengkung bulan, pagi, siang, sore, malam. Ada sejuk dan panas. Ada juga gelombang, sapuan angin, dan banyak lagi lainnya.

 
Kita dibebaskan menggunakan yang mana, tugas kita hanyalah mengatur porsinya masing-masing, sehingga kompatibel dengan ruang dan waktu-Nya.

Pagiiiii!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Orang-Orang Bandel

Pada 1998 , Bank Indonesia (BI) menafsir semboyan pendidikan nasional meski agak wagu. BI mengeluarkan uang edisi pendidikan bernominal...