Syahdan, Sudan..



Jawapos, 21 Maret 2018

              Sudan, badak jantan putih terakhir di muka bumi itu mati dan tak sempat mengerti. Tak ada juga yang tahu apa yang ia pikirkan selama nyaris satu bulan lunglai berkejaran dengan udara di kandangnya, hingga manusia-manusia itu mengeutanasianya. Kita tak pernah mengerti sebagaimana Sudan; ia menyerah atau tidak. Yang kita tahu dan mungkin juga ia, adalah Senin (19/3), kita dan Sudan tak akan pernah bertemu jawab.

Manusia memang kelewat keji. Mereka (kau tahu, sebenarnya itu “kita”) juga mengandaikan gajah mati hanya meninggalkan gading. Tak lebih—dan mungkin juga tak boleh. Tapi Sudan, seluruh kita mestinya berkenan tahu, ia mati tak hanya meninggalkan cula. Meninggalkan bagian tubuhnya, dan juga kawanan, yang diburu manusia-manusia bengis, 'hingga ia sendiri yang tersisa'. Sudan, dan tentu juga para gajah, tak hanya mati meninggalkan bagian tubuh mereka.

Di halaman awal foto di atas diambil (Jawapos, 21 Maret 2018), selain foto Sudan, juga menampilkan berita “Beruang ikut Pemilu” di Rusia. Beruang itu meraung-raung hingga bikin pemilih lain terkencing-kencing.

“Di daerah lain, ada panda [...] yang ikut memberikan suara,” lanjut berita termaksud.

Kita bisa membayangkan panda itu kesulitan masuk bilik pemilihan laiknya si beruang gara-gara badan mereka yang kelewat besar. Atau tepatnya: kostum mereka yang kelewat besar. Dan dalam kostum yang kebesaran itu, mereka, kata berita, “menghayati perannya.”

Sudan, badak jantan terakhir di muka bumi itu mati dan tak sempat mengerti. Dan semoga ia tak pernah sempat mengerti.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jasa Orang-Orang Bandel

Pada 1998 , Bank Indonesia (BI) menafsir semboyan pendidikan nasional meski agak wagu. BI mengeluarkan uang edisi pendidikan bernominal...